LASEM – Salah satu Kecamatan yang berada dalam satu kawasan Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah. Jika berbicara tentang Lasem, mungkin yang ada di benak masyarakat umum dan yang terlintas di kepala mereka akan lebih cenderung kearah pada hasil kerajinan tangannya, yaitu Batik Lasem. Ya betul sekali, memang Batik Lasem memiliki ciri khas tersendiri sebagai batik pesisir yang indah dengan pewarnaan yang berani. Namun terlepas dari itu, Lasem juga memiliki situs-situs sejarah di area bekas Kerajaan Lasem, Kadipaten Lasem maupun pada masa kedatangan Tiongkok-Campa, VOC di Lasem bahkan situs arkeologi. Salah satu situs sejarah tersebut adalah Situs Candi Malad. Konon katanya situs candi ini merupakan peninggalan sejak zaman Majapahit. Namun sayangnya, keberadaan Situs Candi Malad ini masih belum diketahui banyak orang kecuali masyarakat yang berada di daerah perbukitan Desa Gowak itu sendiri.
Candi
Malad dan Pandharmaan Sang Ratu terletak di daerah perbukitan Desa Gowak,
Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, candi ini dipercaya sebagai candi perabuan
Dewi Indu, sang adik sepupu Prabu Hayam Wuruk yang diangkat menjadi penguasa
Lasem dengan gelar Bhre Lasem I. Bukti pendukung tekstual yang ada berasal dari
"Carita Lasem", digubah sekitar akhir abad ke-19. Cerita ini seperti
bak salinan kisah turun temurun yg telah ada, yang ditulis dalam bahasa Jawa.
Kemungkinan dulunya kisah ini juga terdapat dalam bentuk lontar, tetapi ada
cerita bahwa semua naskah kuno telah dibakar Kompeni (Kecuali kitab
Badrasanti), seusai Perang Kuning atau Geger Pecinan sehingga bentuk lontar
belum ditemukan. “Mengingat belum ditemukan dalam bentuk lontar maka penggunaan
bukti tekstual ini juga harus dilakukan secara hati-hati” ucap Candrika Wijaya
salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Arkeologi
Angkatan 2019 yang pada saat itu sedang melakukan investigasi dan mencari tahu
kebenaran tentang keberadaan Candi tersebut yang kemarin secara tidak sengaja
kebetulan bertemu dengan dia di tempat wisata.
Dalam
naskah itu disebutkan, Candi perabuan Dewi Indu dan Pangeran Rajasawardhana
dibuat dari batu Gombong, dilapisi batu Chendani, diapit teduh pohon beringin
Brahmastana kembar di sebelah utara dan selatan candi. Puncak candi terukir
arca Sang Hyang Buddha Sakyamuni, dikurung dalam kelopak puspa widuri, tingkat
di bawahnya ditempati arca Dewi Indu yang diukir seperti Sang Bathari Sri
Lokeswara didalam Sanabangta. Undhag bertingkat seperti bukit yang tingginya
sedada, pada muka candi sebelah timur diukir gambar Sang Panji Maladresmi akan
berangkat berperang, berpamitan kepada Dewi Purnamawulan (Dewi Indu). Muka
candi sebelah barat nampak gambar Sang Panji sedang merayu dan menentramkan
Dewi Purnamawulan yang bersedih karena ditinggal perang sampai akhir mengepung
prajurit Pasundhan yang mengabdi sampai mati kepada Sang Baduga Rajanya.
Namun sayangnya, pada masa sekarang ini tak lagi ditemukan beberapa hal yang disebutkan dalam carita tersebut, mungkin bisa jadi beberapa reruntuhan candi masih terkubur, mungkin telah dijarah, hilang, atau bahkan telah hancur. Hanya pohon beringin di sisi selatan yang nampak berdiri kokoh yang disertai dengan keteduhannya, sementara sisi utaranya telah menjadi jalan. Di sekeliling candi ini tampak telah dipugar oleh masyarakat sekitar, dan bagian dalamnya hanya nampak bagian kecil semacam tempat perabuan. Hal serupa juga dilontarkan oleh Koh Lam seorang penggiat sejarah Lasem. Dikutip dari okezone.com beliau cukup menyayangkan karena ada beberapa situs yang rusak. "Puluhan situs era majapahit banyak yang rusak. Situs bekas kraton Dewi Indu juga telah hilang. Kotaraja kerajaan Lasem telah lenyap di bawah tanah. Ironis, padahal dulu kerajaan bagian Majapahit," ucapnya getir.
Referensi
https://nasional.okezone.com/read/2021/05/22/337/2413853/kisah-kerajaan-lasem-situsnya-hancur-dan-hilang-jadi-permukiman?page=2
-Fahmi Rozaq Bahari-
0 komentar:
Posting Komentar