YOGYAKARTA – Sebagai salah satu kota tujuan wisata favorit, Yogyakarta mempunyai sejumlah destinasi wisata yang mempesona mulai dari wisata sejarah, religi hingga hiburan. Jika menelisik dari sejumlah wisata sejarah, seperti Taman Sari maupun Keraton, salah satu tempat yang juga patut dipertimbangkan untuk eksplorasi adalah Situs Warungboto Yogyakarta.
“Jadi, Situs Warungboto tuh dulunya dipakai sebagai tempat persinggahan atau tempat pemandian sultan-sultan Keraton Yogyakarta yang sekarang telah diperbarui sebagai cagar budaya sekaligus tempat wisata.” ujar salah satu warga sekitar sebagai pengurus Situs Warungboto yang tidak mau disebutkan namanya.
Lokasinya saat ini berada di pusat kota atau hanya beberapa ratus meter lokasi Kebun Binatang Gembira Loka, Jalan Veteran Nomor 77, Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari jalan raya ini, bagian muka bangunan pesanggrahan itu terlihat biasa saja. Hanya terdapat pelang dengan nama Situs Warungboto. Namun ketika berada di dalam, wisatawan akan disuguhkan dengan penampakan yang artistik dan elok dipandang.
Menilik sejarahnya, Situs Warungboto atau Pesanggrahan Rejawinangun yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwana II (hidup pada tahun 1750 M - 1828 M) ini merupakan bekas tempat pesiar atau peristirahatan bagi para sultan beserta kerabatnya. Oleh karena berfungsi sebagai tempat istirahat, maka situs Warungboto dirancang dengan kolam dan taman.
Berdasarkan Babad Momana, Serat Rerenggan Kraton, dan Babad Suryaning Alaga, seperti dikutip dari laman situs Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi, disebutkan bahwa Pesanggrahan Warungboto dibuat pada 1711 tahun Jawa. Di dalam Pesanggrahan Rejawinangun terdapat sumber air yang kemudian dibuat menjadi tempat peristirahatan sekaligus tempat pemandian bagi raja dan keluarganya.
“Sebelum tahun 2009, tempat ini sama sekali tidak terawat, terbengkalai gitu. Nah, setelah akhirnya tempat ini dijadikan cagar budaya dan direnovasi sedemikian rupa seperti sekarang ini, menjadi kewajiban kami sebagai warga Warungboto untuk mengurus dan mengelola tempatnya, tentunya bersama pemerintah.” Kata bapak yang tidak mau disebutkan namanya.
Dulu, sebagian besar kondisi pesanggrahan Rejowinangun hanya menyisakan reruntuhan dan puing bangunan serta struktur pagar kelilingnya yang kurang terawat sebelum renovasi. Kerusakan pada pesanggrahan disebabkan oleh multi faktor, antara lain usia, alam (cuaca, suhu, bencana alam), dan manusia. Lokasi berdirinya pesanggrahan juga banyak yang telah menjadi permukiman penduduk.
Agar tetap senantiasa melestarikan budaya, maka kondisi situs Warungboto telah direnovasi menjadi bangunan yang terlihat menarik bagi wisatawan. Meskipun saat ini cat di dindingnya sudah memudar, juga banyaknya noda hitam, Situs Warungboto tetaplah memikat dengan apa adanya dia sekarang. Di sana ada kolam yang konon dulu digunakan sebagai pemandian bagi sang ratu Jogja. Selain itu terdapat teras bertingkat yang terlihat klasik tapi elegan. Lantaran memiliki bentuk bangunan vintage futuristik tak heran bila sampai sekarang situs Warungboto tak cuma diminati oleh wisatawan pecinta sejarah saja, tapi juga banyak muda-mudi kaum milenial berlomba datang ke sana demi hanya sekedar berswafoto ria.
Demi menjaga kenyamanan berwisata pihak pengelola telah menyediakan berbagai fasilitas umum seperti lahan parkir, toilet dan mushola. Agar tetap terus menjaga eksistensi pelestarian situs, pun sudah tertuang peraturan-peraturan larangan bagi wisatawan ketika beraktivitas di area wisata seperti melarang membawa makanan dari luar, tidak boleh mencoret-coret tembok, membuang sampah sembarangan, memanjat dinding tembok hingga perbuatan-perbuatan asusila maksiat.
-Shafira Aulia Rezkika-
0 komentar:
Posting Komentar