Jumat, 15 April 2022

SENDANGSONO, TEMPAT ZIARAH DARI GOA MARIA (LOUDERS-NYA INDONESIA)

Halo Sobat TOURa! 


Jumpa lagi di blog kita tercinta, memanja rasa dengan eksplor wisata Indonesia. Apa lagi kalau bukan NusanTOURa. Yuk kita bersantai sambil bersenang-senang di Magelang, sobat.

MAGELANG - Sendangsono dahulu kala merupakan tempat istirahat sejenak para pejalan kaki dari wilayah Borobudur, Kabupaten Magelang ke Boro ,Kabupaten Kulon Progo atau sebaliknya,Di Tempat terdapat sendang/mata air yang muncul di antara dua Pohon Sono. Tempat ini dahulu kala juga dimanfaatkan oleh para pemuka Agama Budha untuk bertapa menyucikan diri. Kemunculan nilai rohani diperkuat dengan adanya kepercayaan yang didasarkan pada suatu legenda, bahwa di Sendansono juga dihuni Dewi Lantamsari dan putra semata wayangnya Den Baguse Samija. Dari situ bisa dilihat bahwa sebenarnya nilai rohani Sendangsono sudah terbangun sebelum Gereja Katolik berkarya di tempat itu.

          Tanggal 14 Desember 1904 Bapak Barnabas diangkat sebagai katekumen pertama oleh Romo Van Lith bersamaan membaptis 171 warga setempat dengan air dari kedua pohon sono. Peresmian Sendangsono sebagai tempat penziarahan dilakukan oleh Romo JB. Prennthaler SJ pada tanggal 8 Desember 1929.

            Menurut pak Sujarwo selaku penjaga Sendangsono, “Sejarah adanya ini lahari dari peran besar Romo Van Lith SJ dalam menyebarkan ajaran Katolik di Jawa tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Sendangsono menjadi salah satu tempat ibadah umat Katolik di wilayah Pulau Jawa bahkan seluruh Indonesia. Bulan Mei dan Oktober Sendangsono ramai dikunjungi peziarah untuk berdoa dan mengambil air dari sumber yang menurut kepercayaan para peziarah mampu menyembuhkan penyakit. Sedangsono adalah tempat ziarah Goa Maria yang masuk dalam gugusan pegunungan Menoreh”. Sendangsono masuk dalam wilayah administrasi Desa Banjaroyo, Kec. Kalibawang, Kab. Kulon Progo.Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengelolaan Goa Maria Sendangsono dibawah langsung Paroki Santa Maria Lourdes di Promasan Klangon Kalibawang.

             Sendang Sono bisa dijangkau setelah melewati jalan berliku di kaki bukit Menoreh. Anda bisa memilih dua jalur jika ingin menjangkaunya dari pusat kota Yogyakarta, melewati Jalan Godean hingga Sentolo kemudian belok ke kanan, atau melewati Jalan Magelang hingga pertigaan Pasar Muntilan kemudian belok ke kiri. Jaraknya sekitar 45 kilometer, atau satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

          Sebuah pintu dengan dinding samping terbuat dari batu akan mengantar anda masuk ke kompleks ziarah yang luas, terbagi atas kapel-kapel kecil, lokasi Jalan Salib, Gua Maria, pendopo, sungai dan tempat penjualan perlengkapan ibadah. Udara sejuk akan menyapa anda begitu memasuki kompleks ziarah, tak heran sebab kompleks ini ditumbuhi banyak pepohonan.

              Sendangsono dinamai berdasarkan letaknya. Menutur pak Sujarwo, “Sendang berarti mata air, sementara Sono berarti pohon sono, sehingga nama itu menunjukkan bahwa sendang ini terletak di bawah pohon sono”. Sendang beserta pohon sono dapat dijumpai dengan berbelok ke kanan dari pintu masuk, sayangnya anda tak bisa melihat sendang dengan leluasa karena bilik sendang kini ditutup dengan kotak kaca.

             Memasuki kapel utama di kompleks ziarah ini, anda bisa mengenang peristiwa pembaptisan yang terjadi 102 tahun lampau itu, sebab di kapel itu terdapat sebuah relief yang menggambarkan prosesi pembaptisan. Sementara memasuki Kapel bunda Maria dan Kapel Para Rasul, anda akan mengingat perjuangan Bunda Maria dan 12 rasul pertama Kristus.


            Jika ingin mengenang perjuangan salah satu warga penggerak komunitas Katholik Sendang Sono, anda bisa menuju ke pemakaman di dekat Kapel bunda Maria. Di sana, anda akan menemukan makam Barnabas Sarikromo, sahabat baik Pastur Van Lith yang juga menjadi salah satu warga yang dibaptis pada tahun 1904 dan ditetapkan sebagai katekis pertama di daerah tersebut.

            Sarikromo yang dilahirkan pada tahun 1874 bisa dikatakan seorang yang menerima rahmat karena senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan. Ketika muda, ia menderita sakit kaki yang sulit disembuhkan. Dalam doa dan janjinya untuk mengabdikan diri pada Tuhan jika kakinya disembuhkan, ia bertemu dengan Pastur Van Lith yang kemudian membantu pengobatannya ke seorang bruder hingga sembuh.

          Jalan salib pendek bisa menjadi pilihan ibadah untuk mengenang kesengsaraan Kristus memanggul kayu Salib. Di setiap pemberhentian jalan salib itu, anda bisa menyalakan lilin sekaligus berdoa dan mengingat peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan Kristus menuju Bukit Golgota, seperti saat kristus jatuh dua kali saat memanggul kayu salib, saat Veronica mengusap wajah Kristus dengan sapu tangannya hingga saat akhir menjelang kematian Kristus.

              Berdoa di depan Gua Maria yang terletak di belakang pohon sono juga bisa menjadi pilihan untuk mencari ketenangan batin. Banyak orang memanjatkan doa dengan bersimpuh dan menyalakan lilin di depan gua ini. Anda bahkan bisa menuliskan permohonan atau curahan hati anda dalam secarik kertas, lalu memasukkannya dalam pot tempat pembakaran surat agar Tuhan menerimanya. Asal tahu, patung Bunda Maria yang ada di kompleks ini didatangkan khusus dari Spanyol.

              Selain menenangkan diri dan berdoa, anda juga bisa menikmati keindahan arsitektur kompleks yang dirancang oleh Y.B Mangunwijaya Pr dan meraih Aga Khan Awards ini. Anda bisa duduk santai di pendopo sanbil menikmati bangunan sekeliling yang didominasi bahan batu, atau berdiri di jembatan kecil sambil menikmati indahnya sungai yang mengalir di bawahnya.

             Saat hendak pulang, jangan lupa mengambil air sendang dengan cara menuju keran-keran air yang terdapat di sisi kanan sungai. Membawa pulang air sendang dan meminumnya, dipercaya dapat mendatangkan berkah. Dengan membawa air sendang itu, tentu perenungan dan permohonan yang disampaikan selama ibadah akan lebih komplit.

-Muhammad Vaydh Rabbani-

 

0 komentar:

Posting Komentar