Hallo sobat TOURa...
YOGYAKARTA - Dalam benak wisatawan, kota Yogyakarta memiliki daya tarik tersendiri entah terpikat dengan destinasi wisata, keramahan penduduk atau kangen dengan masakan khas “Gudeg”. Tentu muncul alasan beragam mengapa kota ini layak untuk dikunjungi sebagai penawar rasa begah liburan di kota sendiri. Dari sekian wisata, ada satu tempat yang tidak boleh luput dari list perjalanan yaitu Malioboro. Tak sah rasanya liburan ke yogya tanpa mengunjungi Malioboro, ini semacam syarat wajib jika bertandang ke yogya.
Selain menjadi kota pelajar, Yogyakarta tersemat sebagai kota wisata. Ini menjadi penanda dari saking banyaknya wisata mulai dari pantai watu lawang, gunung merapi, air terjun kembang soka dll. Tentu cita rasa dari setiap wisatawan berbeda, ada yang sengaja berlibur dengan nuansa alam pun ada yang ingin nuansa artistik. Di Yogya sendiri sangat bejibun tempat yang memanjakan mata yang sarat nilai artistiknya, misal Museum Sonobudoyo, Tirtodipuran link, Jogja galerry, Jogja National Museum dll. Dan terakhir, ada wisata yang bernuansa religius – magis seperti “ Masjid Gedhe kauman “. Seperti pada umumnya olah- fungsi masjid selain sebagai tempat peribadatan yakni sebagai tempat berkumpul acara keagamaan. Yang ingin penulis soroti selain sebagai tempat peribadatan dan perkumpulan acara keagamaan. Masjid gedhe kauman memiliki nilai historis yang memiliki akar sejarah yang tidak terlepas dari keraton Yogyakarta.
Dikutip dari laman DPAD DIY (2019), Masjid Gedhe Kauman dibangun pada hari Ahad Wage 6 Rabi'ul Akhir 1187 Hijriah atau tahun Alip 1699 menurut penanggalan Jawa. Pada prasasti serambi masjid tertulis candra sengkala yang berbunyi “Gapura Trus Winayang Jalma” sebagai bukti pendirian masjid. Pendiriannya diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kyai Fakih Ibrahim (penghulu keraton). Sedangkan, arsitektur masjid monumental ini bernama Wiryokusumo.
Pembuatan masjid dengan arsitektur jawa ini bukan dengan tanpa alasan, dengan hadirnya masjid maka secara tidak langsung kerajaan mataram sebagai kerajaan islam juga mempertahankan budaya jawa. Untuk lokasi sendiri, masjid ini terbilang strategis karena berdekatan dengan langsung pusat ekonomi dan pemerintahan. Lebih tepatnya, berada di barat Alun – Alun Utara ( Altar ) dan Barat daya Pasar beringharjo.
Untuk arsitektur masjid gedhe kauman memiliki cita khas jawa yang kental, mulai dari bagian gerbang, tiang, atap masjid yang penuh ukiran sehingga benar – benar memanjakan mata bagi siapapun yang mengunjunginya. Sedangkan tampak dalam masjid nanti anda menemukan lampu kuno yang identik dengan jawa kuno, tak heran bagi wisatawan yang melihat terasa dibawa ke zaman kerajaan dahulu. Momentum seperti inilah yang tidak akan terlupakan dipikiran pengunjung.
Beralih ke halaman masjid, seperti yang yang diketahui khalayak umum bahwa pada moment tertentu ada sebuah acara budaya yang sangat ditunggu – tunggu karena sangat mengundang antusias warga sekitar. Lazimnya, mereka menyebut dengan Grebeg sekaten atau grebeg syawal. Ini moment istimewa karena para pembesar keraton membagikan sedekah kepada masyarakat berupa pegunungan yang berisi hasil bumi.
Untuk fasilitas yang tersedia untuk sekarang sudah sangat tertata rapi nan modern, mulai area parkir yang luas, perpustakaan ( taman baca ), toilet yang bersih. Sedangkan di halaman luar masjid ada banyak pedagang makanan salah satunya gudeg jogja dan angkringan. Terakhir, Mari kunjungi masjid gedhe kauman ini, selain hanya sekedar berwisata tentunya membikin hati tenang. Salam Budaya !!
-Muhammad Vaydh Rabbani-
0 komentar:
Posting Komentar